Setiap sebulan sekali Pondok Pesantren Al Adzkar mengadakan Pengajian Akbar setiap tanggal 15. Di meriahkan oleh mubalig dari pondok - pondok terkemuka
Jumat, 31 Januari 2014
Kamis, 30 Januari 2014
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA YANG PEKERJA KERAS
Mengapa Bekerja
Keras
Dalam sebuah kisah,Rasulullah SAW
pernah lewat di suatu tempat di Thaif dan dilihatnya seorang lelaki tua pemecah batu
dengan kulit hitam legam.Beliau SAW mendekatinya lalu menyalaminya sambil
mencium tangannya.Para sahabat r.a. terkagum-kagum melihat pemandangan langka
tersebut.Mestinya lelaki itu yang mencium tangan Rasul SAW,tapi mengapa
kejadiannya berbalik?Ketika ditanya tentang kejadian tersebut,Beliau SAW
menyatakan bahwa lelaki tersebut kelak akan menjadi penghuni surga.Subhaanallah.
Kisah Nabi Daud a.s. yang berprofesi
sebagai penambang biji besi dengan ibadah yang luar biasa.Malam harinya
digunakan untuk bertahajud kepada Rabbnya.Siangnya digunakan berpuasa
sepanjang tahun dengan bersilang,sehari puasa sehari berbuka tanpa
melupakan tugasnya sebagai penambang biji besi sehingga sampai saat ini
terkenal dengan nama Puasa Daud.Ya,seorang
Rasul yang pekerja keras.
Berkaca pada kisah
hidup Rasul SAW yang meniti profesi dengan kerja keras sebagai penggembala
kambing,pedagang,lalu pendakwah yang sukses mengembalikan jati diri manusia
sehingga risalah Beliau SAW bisa diterima oleh manusia seluruh dunia,bahkan
dari kerja kerasnya,seorang orientalis menempatkan Beliau pada nomor wahid dari seratus tokoh berpengaruh
sedunia.Dalam dunia perdagangan,Beliau SAW adalah pedagang yang ulung dan jujur
sehingga
menarik hati
janda kaya raya,Umi Khatijah r.a. untuk dijadikan pemimpin dirinya dunia-akhirat.
Dari ketiga kisah di atas,terjawab dengan
mudah tentang pentingnya bekerja keras.Manusia perlu berja keras kerena para
Rasul yang suci saja berkarakter kerja keras.Alasan kedua,Rasulullah SAW
sebagai panutan umat seluruh dunia dari masa muda sampai wafatnya senantiasa
bekerja keras.Terakhir,kerja keras adalah karakter manusia penghuni surga.
Bekerja Keras
Meraih Keberuntungan
Akhir-akhir ini,sebuah motto yang
dinukil dari sabda Nabi Saw “Man jadda
wajada” (=Barang siapa bersungguh-sungguh maka akan berhasil) menjadi motivasi bagi semua orang
untuk meraih keberhasilan.Semua profesi akan mendatangkan keberkahan jika
digeluti dengan sungguh-sungguh dan kerja keras.Dengan demikian,karakter kerja
keras mesti dibangun agar menjadi jati diri setiap individu.
Dalam artikel “Hidup dalam Keberuntungan:Sebuah Refleksi Akhir Tahun”,penulis
mencirikan manusia yang beruntung adalah menyempurnakan shalat,bekerja keras,dan
banyak berzikir.[1]Bekerja
keras berarti bekerja dengan sungguh-sungguh melalui pemikiran logis dan
perspektif disertai langkah-langkah
nyata tanpa mengenal putus asa.Semakin banyak rintangan dan hambatan,semakin
dewasa pula dalam bertindak.Langkah-langkah pekerja keras tidak akan berhenti
sebelum manuai hasil yang direncanakan.
Sebuah motivasi dari Allah SWT,”Fainnama’al ‘usri yusraan,innama’al’usri
yusraan” (=Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan,sungguh di
balik kesulitan ada kemudahan)[2]
patut dijadikan pedoman untuk menjadikan manusia berkarakter kerja keras.Untuk
bisa bekerja keras diperlukan keuletan.Dalam hal ini Allah Juga berfirman,”Faidzafaraghta fanshab.” (=Maka apabila
engkau telah selesai dalam suatu urusan,maka tetaplah bekerja keras untuk
urusan yang lain).[3]Ayat
tersebut mendorong kita bekerja dan bekerja dengan keras dan ulet.
Rasul SAW tidak menyukai pemalas yang
hanya bergantung kepada orang lain tanpa berikhtiar sendiri.Dalam doa yang
diwiridkan bakda ashar dan subuh, Beliau berlindung kepada Rabbnya dari sifat malas tersebut.Petikan
dari salah satu doa beliau adalah a’udzubika
minalkasli yang berarti aku berlindung kepada Engkau dari sifat malas.Di
sinilah,nampak pribadi Rasul SAW yang patut kita teladani agar menjadi umat
yang kuat status sosial-ekonominya.Jadi, kerja keras akan manaikkan status
sosial –ekonomi umat.
Sejenak Belajar dari
Kehidupan Ayam
Subhaanallah,ayam diciptakan oleh Allah
sebagai binatang yang memiliki ‘karakter’ pekerja keras.Mari sejenak kita
bertafakur darinya.Pukul 03.00 sudah bangun,bertasbih, dan membangunkan manusia
untuk bertahajud dan bermunajad kepada Allah.Begitu hari sudah terang,mereka
meninggalkan kandangnya dengan mengajak serta
anak-anaknya yang masih
kecil-kecil untuk mengais rezeki Illahi.Begitu bisa berjalan,anak-anaknya
langsung diajarinya bekerja keras.
Bagaimana halnya dengan kita?Pukul
03.00,kita masih tidur nyenyak.Walaupun hari sudah terang,kita kadang-kadang
masih malas keluar rumah.Anak-anak,sering kita manjakan dengan materi tanpa
kita didik bagaimana sulitnya mendapatkan uang.Beruntunglah anak yang lahir dan
dibesarkan dalam keluarga yang suka bekerja keras.Dari masa mudanya sudah mulai
berpikir bagaimana mendapatkan rezeki dengan jalan halal.Selanjutnya,orang
tuanya senantiasa membimbingnya untuk berlatih bekerja keras agar mendapatkan
apa yang diingininya dengan usaha sendiri.
Sebuah agenda manis yang diajarkan Allah
melalui ayat kauniyyah kehidupan ayam di atas.Pukul 03.00 kita sudah bangun dan
bermunajad kepada Allah.Selanjutnya,wirid harian Rasul SAW kita baca yaitu surat al Kahfi,yasin,ar Rahman,al Waqi’ah dan
al Mulk.Ketika azan Subuh sudah dikumandangkan,Shalatlah sunah Fajar dua rakaat.[4]Shalat
fardhu Subuh dikerjakan dengan cara berjamaah
di masjid,berzikir,lalu mulailah
dengan aktivitas rutin dengan
senantiasa bertawakal kepada Allah.Di
sela-sela bekerja,Allah memberi kesempatan untuk berzikir lagi melalui shalat Dhuha.[5]Begitu
pula ketika azan Zhuhur dan Ashar berkumandang,tinggalkan aktivitas untuk mendirikan shalat berjamaah di
masjid.Jika hal-hal di atas dikerjakan dengan sungguh-sungguh,kita akan hidup dalam
keberuntungan dan keberkahan.Insya-Allah.Jelasnya,Islam
sangat mendorong untuk bekerja keras. Karena
dengan-Nya status sosial ekonomi umat akan terangkat.
[1] Q.S.al Jumuah ayat 10.Artkel
tersebut dimuat dalam Buletin ‘Mimbar Al Adzkar’nomor 51/Muharram/1435 H
[2] Q.S.al Insyirah ayat 5-6.
[3] Ibid ayat 7
[4]Dalam sebuah haditsnya,Rasul
SAW menyatakan bahwa pahala shalat Fajar
lebih besar dari bumi seisinya.
[5] Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang
dikerjakan pada waktu dhuha ( setelah matahari setinggi tiang listrik sampai
dengan sebelum matahari tergelincir).
Selasa, 28 Januari 2014
BERSIAP MENJADI TAMU ALLAH
Bulan Dzul
Qa’dah;bersama dengan Syawwal dan Dzul Hijjah;adalah bulan-bulan haji.Artinya,manasik-manasik haji berlangsung
dari bulan Syawwal sampai bulan Dzul Hijah,seperti difirmankan oleh Allah dalam
al Quran (al Baqarah:197),”Al hajju
asyhurun ma’luumaat” (=Haji adalah bulan-bulan tertentu [yakni sejak 1
Syawwal sampai dengan 13 Dzul Hijjah] ).Dengan demikian,persiapan ibadah haji
sudah dimulai sejak bualan syawwal.
Istilah ‘tamu Allah’ atau dalam bahasa
Arab disebut dengan ‘dhuyuufur Rahmaan’untuk menyebut jamaah haji sebagai
‘turis asing’ yang terhormat.Mengapa demikian?Coba renungkan,bagaimana kalau ada tamu negara berkunjung
ke Bali?Mereka akan dijamu dengan jamuan istimewa,denngan pelayan yang
cantik dan menawan,bukan?Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia akan kerkunjung
ke Baitullah (=Rumah Allah) dan menjadi tamu Allah Yang Maha
Segala-galanya.Untuk benar-benar menjadi tamu Allah,dibutuhkan persiapan dan
perbekalan yang menjadi keridhaan Allah,Shahibul Bait.Apa persiapan dan
perbekalan yang dimaksud?Tulisan ini akan menguraikannya dengan singkat,yang
diawali dengan pembahasan tentang panggilan haji.
Panggilan Haji
Panggilan haji dimulai dengan perintah Allah dalam al Quran (al
Hajj:27),”wa adzdzin finnasi bil hajji”
(=Kumandang panggilan kepada manusia untuk melaksanakan haji).Perintah Allah
ini
ditujukan kepada Nabi Ibrahim
a.s.Ini berarti,panggilan untuk berhaji sudah dikumandangkan sejak zaman Nabi
Ibrahim a.s.Sampai sekarang pun,manusia sudah mengetahui tentang panggilan
tersebut.Bagaimana manusia menyikapi panggilan tersebut?
Penulis yakin semua manusia ingin memenuhi
panggilan tersebut.Ada yang ingin memenuhinya dan mampu sehingga bisa melaksanakannya.Ada
yang ingin memenuhinya dan mampu,tetapi ada aral melintang sehingga belum bisa
melaksanakannya.Ada pula yang mampu untuk melaksanakannya,tetapi hasrat untuk
berhaji belum tergerak.Begitu pula ada yang berhasrat untuk
melaksanakannya.tetapi belum ada kemampuan untuk itu.
Orang yang sudah mampu melaksanakan dan
akan segera memenuhi panggilan Allah ar Rahmaan,senantiasa berkata ,yang
disertai kata hati,”Labaikallahummalabaik”
(=Kuperkenankan panggilan-Mu ya Allah,kuperkenankan panggilan-Mu).Ucapan ini
akan menjadi motivasi bagi calon jamaah haji untuk senantiasa menata niat dan
menyempurnakan perbekalannya.
Persiapan Haji
Sebelum berangkat ke tanah suci,calon
jamaah haji hendaknya melakukan persiapan,baik fisik maupun psikhis.Persiapan fisik
mencakup ketahanan dan kesehatan
tubuh.Ketahanan dapat diraih dengan berolah raga secara teratur dan dengan
makan makanan yang mengandung gizi
seimbang.Kesehatan tubuh dapat dicapai dengan menjaga ketahanan tubuh
dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.Di samping itu,calon jamaah haji perlu
mengikuti penyuluhan kesehatan dari ahli medis terutama tentang persiapan diri
untuk menghadapi cuaca ekstrem di tanah suci.
Persiapan psikhis atau batin dilakukan
dengan ,menata ulang niat melaksanakan ibadah haji yaitu niat haji untuk meraih
ridha Allah semata,bukan karena motivasi gengsi atau status sosial-ekonomi yang
didapat dari manusia lain,sebagaimana perintah Allah (Q.S.al Baqarah:196),”Wa atimmul hajja wal ‘umrah lillahi”
(=Dan sempurnakan haji dan umrah karena Allah semata).Banyak godaan yang akan
menerpa calon jamaah haji baik berupa sanjungan maupun celaan dari orang
lain.Oleh karena itu, calon jamaah haji harus tetap teguh pada pendiriannya
bahwa haji dan umrahnya hanya untuk Allah semata.
Tidak kalah pentingnya dari persiapan
batin adalah bertobat sebelum berangkat.Kaitannya dengan dosa kepada
Allah,calon jamaah haji harus banyak beristighfar dan menutupi setiap perbuatan
buruk sebelumnya dengan banyak berbuat kebaikan seperti banyak bersedekah,banyak
berzikir,berdoa,shalat fardhu berjamaah,bertahajud dan minta nasihat dari
orang-orang yang shalih.Sehubungan dengan kesalahan kepada manusia,minta
maaflah kepada mereka sekaligus minta restu agar niat sucinya dapat terlaksana
dengan baik.Persiapan batin yang lain adalah menyelesaikan utang-piutang kepada
orang lain dan amanah apa saja yang mesti harus ditata agar tidak mengganggu
pikiran,seperti pekerjaan,nafkah keluarga yang ditinggalkannya,atau urusan yang
lain.
Perbekalan Haji
Sebagai tamu Allah,calon jamaah haji harus
menyiapkan bekal yang dikehendaki Sang Tuan Rumah,Allah Yang Maha Rahman.Adapun
tentang bekal yang dikehendaki-Nya telah dipesankan lewat al Quran (al
Baqarah:197),”Watazawwaduu fainna khaira
zaadit taqwa” (=Datanglah dengan membawa bekal,maka sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa).Bekal inilah yang akan menentukan pelayanan
‘Tuan Rumah’.Semakin tinggi tingkat takwanya,semakin baik pula pelayanannya.
Untuk mendapatkan bekal takwa,calon
jamaaah haji mengkombinasikan ilmu,iman,dan amal shalih.Ilmu yang didasari
dengan iman akan mampu menaikkan grade manusia di hadapan Allah,seperti telah
difirmankan oleh Allah (al Mujadalah:11),”Yarfa’illahulladziina
amanuu minkum walladziina utul ‘ilma darajaatin” (=Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat).Ilmu di sini
kaitannya dengan manasik hajinya ,seperti syarat,rukun,wajib,atau sunah-sunah
haji serta larangan-larangan haji.Dengan ilmu,calon jamaah haji akan lebih
takut kepada Allah,seperti firman Allah (Q.S. Fatir:28),”Innamaa Yakhsyallaha min ‘ibadihil ‘ulamaau” (=Sesungguhnya di
antara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah hanyalah ulama).
Orang yang beriman dan beramal shalih
senantiasa diberi kabar gembira oleh Allah berupa surga.Bukankah upah yang akan
diraih oleh calon jamaah haji dengan haji mabrurnya adalah
surga?Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh jamaah haji,baik dalam
persiapan,pelaksanaan,maupaun pascahajinya,dengan dasar ilmu dan iman akan
diberi pahala yang besar dan ampunan dari Allah.Itulah bekal minimal ,di
samping bekal-bekal lain yang harus dibawa calon jamaah haji agar bisa
mendapatkan pelayanan prima dari Allah selama menjadi tamu-Nya.
Epilog
Untuk menjadi tamu Allah yang akan
mendapatkan pelayanan yang prima,calon jamaah haji harus melaksanakan persiapan
yang matang dan dengan bekal yang sempurna.Persiapan yang palin utama adalah
penataan niat untuk meraih ridha Allah.Bekal bagi calon jamaah haji yang paling
vital adalah bekal takwa.wallahu a’lam
bisha shawab.
Langganan:
Postingan (Atom)