Selasa, 28 Januari 2014

BERSIAP MENJADI TAMU ALLAH


     Bulan Dzul Qa’dah;bersama dengan Syawwal dan Dzul Hijjah;adalah bulan-bulan  haji.Artinya,manasik-manasik haji berlangsung dari bulan Syawwal sampai bulan Dzul Hijah,seperti difirmankan oleh Allah dalam al Quran (al Baqarah:197),”Al hajju asyhurun ma’luumaat” (=Haji adalah bulan-bulan tertentu [yakni sejak 1 Syawwal sampai dengan 13 Dzul Hijjah] ).Dengan demikian,persiapan ibadah haji sudah dimulai sejak bualan syawwal.
     Istilah ‘tamu Allah’ atau dalam bahasa Arab disebut dengan ‘dhuyuufur Rahmaan’untuk menyebut jamaah haji sebagai ‘turis asing’ yang terhormat.Mengapa demikian?Coba renungkan,bagaimana kalau ada tamu negara berkunjung ke Bali?Mereka akan dijamu dengan jamuan istimewa,denngan pelayan yang cantik dan menawan,bukan?Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia akan kerkunjung ke Baitullah (=Rumah Allah) dan menjadi tamu Allah Yang Maha Segala-galanya.Untuk benar-benar menjadi tamu Allah,dibutuhkan persiapan dan perbekalan yang menjadi keridhaan Allah,Shahibul Bait.Apa persiapan dan perbekalan yang dimaksud?Tulisan ini akan menguraikannya dengan singkat,yang diawali dengan pembahasan tentang panggilan haji.

Panggilan Haji

     Panggilan haji dimulai dengan perintah Allah dalam al Quran (al Hajj:27),”wa adzdzin finnasi bil hajji” (=Kumandang panggilan kepada manusia untuk melaksanakan haji).Perintah Allah ini
ditujukan kepada Nabi Ibrahim a.s.Ini berarti,panggilan untuk berhaji sudah dikumandangkan sejak zaman Nabi Ibrahim a.s.Sampai sekarang pun,manusia sudah mengetahui tentang panggilan tersebut.Bagaimana manusia menyikapi panggilan tersebut?
     Penulis yakin semua manusia ingin memenuhi panggilan tersebut.Ada yang ingin memenuhinya dan mampu sehingga bisa melaksanakannya.Ada yang ingin memenuhinya dan mampu,tetapi ada aral melintang sehingga belum bisa melaksanakannya.Ada pula yang mampu untuk melaksanakannya,tetapi hasrat untuk berhaji belum tergerak.Begitu pula ada yang berhasrat untuk melaksanakannya.tetapi belum ada kemampuan untuk itu.
     Orang yang sudah mampu melaksanakan dan akan segera memenuhi panggilan Allah ar Rahmaan,senantiasa berkata ,yang disertai kata hati,”Labaikallahummalabaik” (=Kuperkenankan panggilan-Mu ya Allah,kuperkenankan panggilan-Mu).Ucapan ini akan menjadi motivasi bagi calon jamaah haji untuk senantiasa menata niat dan menyempurnakan perbekalannya.
Persiapan Haji
     Sebelum berangkat ke tanah suci,calon jamaah haji hendaknya melakukan persiapan,baik fisik maupun psikhis.Persiapan fisik mencakup ketahanan  dan kesehatan tubuh.Ketahanan dapat diraih dengan berolah raga secara teratur dan dengan makan makanan yang mengandung gizi  seimbang.Kesehatan tubuh dapat dicapai dengan menjaga ketahanan tubuh dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.Di samping itu,calon jamaah haji perlu mengikuti penyuluhan kesehatan dari ahli medis terutama tentang persiapan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem di tanah suci.
     Persiapan psikhis atau batin dilakukan dengan ,menata ulang niat melaksanakan ibadah haji yaitu niat haji untuk meraih ridha Allah semata,bukan karena motivasi gengsi atau status sosial-ekonomi yang didapat dari manusia lain,sebagaimana perintah Allah (Q.S.al Baqarah:196),”Wa atimmul hajja wal ‘umrah lillahi” (=Dan sempurnakan haji dan umrah karena Allah semata).Banyak godaan yang akan menerpa calon jamaah haji baik berupa sanjungan maupun celaan dari orang lain.Oleh karena itu, calon jamaah haji harus tetap teguh pada pendiriannya bahwa haji dan umrahnya hanya untuk Allah semata.
     Tidak kalah pentingnya dari persiapan batin adalah bertobat sebelum berangkat.Kaitannya dengan dosa kepada Allah,calon jamaah haji harus banyak beristighfar dan menutupi setiap perbuatan buruk sebelumnya dengan banyak berbuat kebaikan seperti banyak bersedekah,banyak berzikir,berdoa,shalat fardhu berjamaah,bertahajud dan minta nasihat dari orang-orang yang shalih.Sehubungan dengan kesalahan kepada manusia,minta maaflah kepada mereka sekaligus minta restu agar niat sucinya dapat terlaksana dengan baik.Persiapan batin yang lain adalah menyelesaikan utang-piutang kepada orang lain dan amanah apa saja yang mesti harus ditata agar tidak mengganggu pikiran,seperti pekerjaan,nafkah keluarga yang ditinggalkannya,atau urusan yang lain.
Perbekalan Haji
     Sebagai tamu Allah,calon jamaah haji harus menyiapkan bekal yang dikehendaki Sang Tuan Rumah,Allah Yang Maha Rahman.Adapun tentang bekal yang dikehendaki-Nya telah dipesankan lewat al Quran (al Baqarah:197),”Watazawwaduu fainna khaira zaadit taqwa” (=Datanglah dengan membawa bekal,maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa).Bekal inilah yang akan menentukan pelayanan ‘Tuan Rumah’.Semakin tinggi tingkat takwanya,semakin baik pula pelayanannya.
     Untuk mendapatkan bekal takwa,calon jamaaah haji mengkombinasikan ilmu,iman,dan amal shalih.Ilmu yang didasari dengan iman akan mampu menaikkan grade manusia di hadapan Allah,seperti telah difirmankan oleh Allah (al Mujadalah:11),”Yarfa’illahulladziina amanuu minkum walladziina utul ‘ilma darajaatin” (=Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat).Ilmu di sini kaitannya dengan manasik hajinya ,seperti syarat,rukun,wajib,atau sunah-sunah haji serta larangan-larangan haji.Dengan ilmu,calon jamaah haji akan lebih takut kepada Allah,seperti firman Allah (Q.S. Fatir:28),”Innamaa Yakhsyallaha min ‘ibadihil ‘ulamaau” (=Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah hanyalah ulama).
     Orang yang beriman dan beramal shalih senantiasa diberi kabar gembira oleh Allah berupa surga.Bukankah upah yang akan diraih oleh calon jamaah haji dengan haji mabrurnya adalah surga?Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh jamaah haji,baik dalam persiapan,pelaksanaan,maupaun pascahajinya,dengan dasar ilmu dan iman akan diberi pahala yang besar dan ampunan dari Allah.Itulah bekal minimal ,di samping bekal-bekal lain yang harus dibawa calon jamaah haji agar bisa mendapatkan pelayanan prima dari Allah selama menjadi tamu-Nya.
Epilog
     Untuk menjadi tamu Allah yang akan mendapatkan pelayanan yang prima,calon jamaah haji harus melaksanakan persiapan yang matang dan dengan bekal yang sempurna.Persiapan yang palin utama adalah penataan niat untuk meraih ridha Allah.Bekal bagi calon jamaah haji yang paling vital adalah bekal takwa.wallahu a’lam bisha shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar